Banyuwangi - Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi mendorong masyarakat untuk terus meningkatkan kualitas hidup sehat, agar terhindar dari segala penyakit. Salah satunya adalah penyakit tidak menular yaitu gagal ginjal.
Pasalnya, angka kasus gagal ginjal yang merupakan salah satu penyakit tidak menular terus terjadi setiap tahun di Banyuwangi. Fenomena ini mengalahkan angka kasus penyakit menular yang justru relatif menurun.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mengatakan, salah satu penyebabnya adalah perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat membuat angka kasus gagal ginjal naik.
"Kami memiliki berbagai program untuk mencegah penyakit tidak menular mulai dari tingkat Puskesmas dan Pustu, salah satunya adalah Kampung Cerdik," katanya.
Program tersebut meliputi cek kesehatan berkala untuk melihat empat indikator utama seperti gula darah, asam urat, kolesterol, dan tensi. Cek dilakukan minimal enam bulan sekali, namun direkomendasikan tiga bulan sekali.
"Banyak hal yang menjadi perhatian program Kampung Cerdik untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat," ungkapnya.
Amir menambahkan, gaya hidup masyarakat modern menurut Amir membuat aktivitas fisik semakin menurun. Sehingga, memperberat beban ginjal dan pankreas, untuk itu olahraga menjadi sangat penting.
Selanjutnya, diet seimbang juga dianjurkan dengan mengatur pola makan. Masyarakat diimbau memberikan variasi makanan seperti buah dan sayur. Selain itu, memperbanyak minum air putih serta mengurangi minuman soda dan minuman berenergi.
Istirahat yang cukup juga masuk dalam program Kampung Cerdik. Istirahat cukup diperlukan untuk mengimbangi aktivitas dan beban kerja yang tinggi.
”Yang terakhir, kelola stres. Faktor nonfisik, yaitu stres jika tidak dikelola akan memicu hipertensi. Semua organ vital seperti jantung, paru-paru, dan ginjal akan terpengaruh. Ini bisa menjadi pintu stroke,” jelas Amir.
Untuk mendukung optimalisasi program Kampung Cerdik, Dinkes akan mengaktifkan puskesmas pembantu (pustu) di desa-desa. Menurut Amir, tanpa integrasi yang baik dari layanan primer kesehatan, langkah preventif untuk gagal ginjal akan sulit dilakukan.
”Kuncinya justru ada di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi tempat pertama masyarakat melakukan pemeriksaan,” pungkasnya. (*)