Rebound.co.id - Dalam upaya untuk penyusunan pertanian digital, konsultan dari Australia Centre for International Agriculture Research (ACIAR) menyelenggarakan focus group discussion (FGD) tentang teknologi dan digitalisasi sektor pertanian.
Dalam kegiatan ini terlihat sejumlah petani diundang hadirkan untuk mengikuti kegiatan FGD, diantaranya Edy Lusi (lampu buah naga), Mumtadz Zaid Bin Tsabit (Drone penyemprotan pupuk), Nanang Widayat Kades Tambakrejo Muncar (Rubuha u kendalikan hama).
Selanjutnya Arief Tri Cahyana PAI (Mikroorganisme / pupuk organik / pertanian organik (reduktan pestisida)), Jufia Rasya Putri (Millenial marketing / jagoan tani), Ahmad Nur Fatoni (Sapi Manak Setahun Pisan (SMS) Pisan), Abdul Rachman Jauhari (Beras organik Sirtanio), Edy Suprandono (Pembibitan hortikultura Sukatani).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Kadispertan) Banyuwangi, Ilham Juanda mengungkapkan bahwa, Banyuwangi ini sudah cukup respon dan adaptif terhadap perkembangan pertanian digital, walaupun masih dalam tahap embrio atau perkembangan awal, sudah melakukan pertanian digital di Banyuwangi.
"Mudah mudahan nanti bisa dilakukan ya Teknologi pertanian digital yang sudah diimplementasikan di Banyuwangi itu, sebagai bahan masukan nantinya untuk menyusun kebijakan pertanian digital secara umum di nasional pasti penerapannya," ujarnya.
Ilham menambahkan bahwa program penyusunan pertanian digital, para petani di Banyuwangi mengambil contoh bagaimana selama ini menerapkan teknologi digital di dalam budidaya pertanian.
"Tentunya ke depan diharapkan hasil FGD ini ya sehingga nantinya bisa diketahui ya tahapan tahapannya untuk menjadi digitalisasi pertanian itu seperti apa," ungkapnya.
Target program penyusunan pertanian digital ini, kata Ilham bisa sampai 5 tahun ke depan, dan ini masih dalam bentuk proposal hasilnya pun masih dimatangkan lagi oleh konsultan dari ACIAR.
"Nanti kemudian proposal implementasi pertanian digital ini diusulkan ke Bappenas, jadi mengenai kira kira seperti apa roadmap pertanian digital ini," katanya.
Selain itu manfaat dari pertanian digital ini, membuat pertanian di Banyuwangi akan lebih maju, lebih modern, dan produktivitasnya lebih tinggi.
Justin seorang konsultan dari ACIAR, juga menyampaikan kepada semua orang yang hadir pada kegiatan FGD ini. Ia menyampaikan ketika kita bekerja dalam bidang teknologi pertanian, kalau mau maju berkelanjutan, tidak bisa bekerja sendirian melainkan harus bekerja sama.
"Saya ingin berterima kasih kepada bapak dan ibu yang sudah hadir di sini, yang sudah menunjukkan yang positif untuk bekerja sama, untuk memajukan perekonomian teknologi pertanian digital yang tidak hanya inklusif, tapi akan memberikan dampak yang besar dan berkelanjutan kedepan," ucap Justin yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah pada kegiatan tersebut.
Melalui kegiatan yang berlangsung hikmah tersebut, para petani di Banyuwangi dapat mengambil beberapa kebijakan dalam hal implementasi atau penerapan pertanian digital, sehingga produktivitasnya akan lebih tinggi yang didapat dan lebih mensejahterakan mereka.