Rebound.co.id - Sebuah kasus medis langka terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan, di mana seorang bayi lahir dengan kondisi meningoencephalocele, sebuah kelainan bawaan yang menyebabkan benjolan di bagian belakang kepala yang ukurannya lebih besar dari lingkar kepala bayi itu sendiri.
Setelah dilahirkan, bayi tersebut langsung diobservasi di ruang Perinatal Intensive Care Unit (PICU) dan menjalani pemeriksaan CT-Scan kepala.
Hasil pemeriksaan fisik dan CT-Scan mengkonfirmasi bahwa bayi tersebut memang mengidap meningoencephalocele, kondisi di mana tulang kepala tidak menutup sempurna sehingga jaringan otak tumbuh di luar tengkorak.
Biasanya dalam kondisi kehamilan yang normal, pembentukan otak dan tulang kepala terbentuk pada trimester pertama kehamilan. Oleh karena itu medis mengatakan bahwa pentingnya pemeriksaan rutin pada saat awal kehamilan.
Dari kejadian hal ini maka RSUD Blambangan menurunkan tim dokter untuk segera melakukan koordinasi dan mempersiapkan operasi pada bayi yang mengalami meningoencephalocele.
Tim dokter yang melakukan operasi terdiri dari dokter anak dr. M. Irvan Avandi, Sp.A, dokter bedah saraf dr. Firman Adi Sanjaya, Sp.BS, N.Vas, dokter anestesi dr. IDG Tresna Rismantara, Sp.An, M. BioMed dan dr. Halim Sudono, Sp.An.
dr. IDG Tresna Rismantara, Sp.An ,M. BioMed atau sapaan akrabnya dipanggil dr. Ode menyampaikan, bahwa pembiusan pada operasi ini tergolong sulit dan beresiko tinggi.
Menurutnya bayi masih berumur kurang dari 1 bulan, sehingga dua orang dokter anestesi perlu turun langsung untuk mengerjakan proses intubasinya.
Sementara itu dr. Firman yang memimpin dan melaksanakan operasi tersebut juga menyampaikan, bahwa operasi perlu segera dilakukan supaya pasien dapat dimobilisasikan segera mungkin.
"Dengan kondisi seperti sekarang ini, tidak mungkin bayi tersebut dapat digendong oleh ibunya," ujarnya.
Menurut dr. Firman pemisahan benjolan sebesar itu sangatlah rumit, dikarenakan benjolan tersebut berisi jaringan otak dan pembuluh darah besar. Hal itu harus diperhatikan betul jaringan otak yang bisa direduksi supaya tidak terjadi gangguan fungsipaska operasi.
“Alhamdulillah, dengan persiapan yang baik didukung seluruh tim dan fasilitas canggih di RSUD Blambangan operasi dapat berjalan lancar, paska operasi tidak terjadi gangguan dan pasien dapat pulang 5 hari setelah operasi”, ungkapnya.
Sebelum perencanaan kehamilan dianjurkan untuk memeriksa kesehatan, dan melakukan proses pengobatan, supaya terhindar dari penyakit tertentu yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi proses kehamilan.
Bagi setiap ibu hamil juga disarankan untuk memeriksakan kandungannya di fasilitas kesehatan terdekat, supaya dapat terpantau pertumbuhan bayi yang ada di dalam kandungan, dan bisa memastikan proses kelahiran yang tepat untuk bayinya.
Sementara itu Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Blambangan, Budi Priyambodo, S.STP mengungkapkan bahwa RSUD Blambangan memang dikenal menjadi tempat rujukan kasus-kasus gangguan yang terjadi di dalam otak karena mempunyai fasilitas yang memadai.
Dengan keberadaan dokter bedah syaraf dan sarana serta alat kedokteran yang dibutuhkan, RSUD Blambangan akan selalu siap untuk melayani dan menangani kasus-kasus cerebrovaskuler tersebut bagi warga Banyuwangi. (*)