Keterangan Gambar : Petani memanen rumput gajah
Banyuwangi - Musim kemarau berkepanjangan yang melanda banyuwangi mendorong para peternak mencari solusi alternatif untuk menyediakan pakan ternak. Dispertan Kabupaten Banyuwangi mendorong peternak untuk menanam rumput gajah dan mengolahnya menjadi rumput fermentasi sebagai Solusi pakan ternak.
Dua tahun lalu, Sukamat mulai menanam rumput gajah di lahan seluas 350 meter persegi. Menurutnya, tanaman ini mudah ditanam dan tidak memerlukan biaya besar. Dengan bibit seharga Rp 100 ribu per karung, dalam 40 hari, rumput sudah bisa dipanen. Rumput gajah yang ia panen setiap hari mampu memenuhi kebutuhan 18 kambingnya.
“Dengan menanam rumput gajah, saya tidak perlu lagi mencari pakan kemana-mana,” jelas Sukamat.
Untuk memenuhi kebutuhan harian ternaknya, Sukamat mengambil dua rumput ikat gajah setiap panen. Meski hanya cukup untuk satu hari, metode ini memberikan kemandirian dan mengurangi biaya pakan secara signifikan terutama saat rumput gajah diolah dengan fermentasi.
Selain lebih efisien, rumput gajah yang difermentasi juga memiliki nutrisi baik yang bermanfaat bagi kesehatan ternak. Dengan nutrisi yang cukup, kambing-kambing Sukamat menjadi lebih sehat dan produktif.
“Dengan rumput gajah, kesehatan ternak saya lebih terjaga,” kata Sukamat.
Pengalaman Sukamat ini mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Arief Setiawan, yang menilai bahwa metode fermentasi rumput gajah mampu menjaga stabilitas pakan di musim kemarau. Arief menyarankan para peternak untuk mengadopsi teknik ini guna mengatasi kelangkaan rumput hijau.
“Rumput hijau yang tumbuh secara alami di lapangan akan habis jika terus diambil tanpa cadangan,” jelas Arief.
Melalui inovasi sederhana ini, Arief berharap peternak lain dapat melihat manfaat menanam rumput gajah, terutama dalam menghadapi musim kemarau. Metode ini membuktikan bahwa kemandirian dalam penyediaan pakan ternak tidaklah sulit dicapai. “Saya berharap lebih banyak peternak yang menanam rumput gajah,” tandasnya.(*)