Daerah

Kisah Inspiratif, Pemuda Desa di Jember, Manfaatkan Pekarangan untuk Agribisnis Makro

Kisah Inspiratif, Pemuda Desa di Jember, Manfaatkan Pekarangan untuk Agribisnis Makro

Kabupaten Jember - Bagi anak muda yang kebingungan menentukan masa depan, tak ada salahnya mengikuti apa yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Desa Ngampelrejo, Kecamatan Jombang, Jember, ini. 

Mereka bertiga menjadi salah satu penyuplai bibit sayuran bagi petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Jember dan Lumajang.

Tidak besar memang, namun dengan tekad kuat dan konsitensi yang ada, mereka mampu membuktikan dan mulai menuai hasilnya. 

Perlahan tapi pasti usaha pembibitan ini menjadi ladang ekonomi yang mampu menggemukkan dompet. 

"Belum banyak memang tapi ini sedikit-sedikit sudah bisa dirasakan hasilnya," kata Ahmad Suyoto salah seorang pemuda perintis usaha ini. 

Ia bercerita bahwa usaha ini telah ditekuni sejak tahun lalu bersama dua rekannya yakni Rosyidul Aqli (26) dan Fuad Fahmi (28).

Eksekusi usaha dimulai dari memanfaatkan pekarangan rumah dan dengan modal minim yang diperoleh dari patungan.

"Awal modal patungan terkumpul sekitar Rp500 ribu. Itu digunakan untuk beli bibit dan plastik. Sementara bedeng dan tanah media tanam kita memanfaatkan dari kebun sendiri," kata dia.

Mereka semula gotong royong membangun sebuah bedeng kecil. Bedeng itu hanya mampu menampung seribuan bibit. 

Sementara bibit yang ditanam hanyalah bibit rawit. Yoto mengaku dipilihnya bibit rawit lantaran tingginya permintaan pasar. 

Usaha ini pun tak langsung berjalan mulus. Dari seribu bibit yang ditanam hanya separuhnya saja yang mampu hidup. Kegagalan ini tentu karena masih minimnya pengalaman. 

Beruntungnya mereka tak putus asa. Bermodal kegagalan dari usaha sebelumnya para pemuda ini bangkit dan belajar. Mereka kembali patungan dan membuat usaha ini menjadi lebih besar. 

Setahun belajar kini usaha ini nampak cerah dan mulai berkembang. Mereka kini mulai bisa menyewa lahan, membuat bedeng berukuran besar dan 

mampu memproduksi kurang lebih 70 ribu bibit siap tanam per bulannya. 

Yoto mengaku sementara penjualan bibitnya masih mengandalkan pemesanan alias pre order. Pembelinya rata-rata tahu usaha ini dari mulut ke mulut.

Bibit dijual dengan hitungan satuan. Per satuan dihargai Rp180 perak. Dari puluhan ribu bibit yang diproduksi tidak seluruhnya bisa langsung terjual. Bibit terjual habis secara bertahap. 

Rata-rata per hari seribu bibit yang diambil pembeli. Sehingga bila dirata-rata sebulan ada 30 ribu bibit yang terjual. 

"Hitungannya pendapatan laba kotornya sekitar Rp6 juta per bulannya," ujarnya. 

Mereka berencana menanam jenis bibit lain seperti cabai merah besar, tomat dan terong. "Bibit cabai merah, tomat dan terong juga cukup banyak peminatnya. Tapi paling tinggi peminatnya memang bibit rawit," terangnya. 

"Ke depan kalau sudah lebih siap, kita akan coba pemasaran online," imbuhnya.

Mewakili rekan-rekannya, Yoto berharap usahanya bisa berkembang menjadi lebih besar lagi. Besarnya usaha ini, diharapkan mampu menjadi inspirasi pemuda desa dan membuka peluang menyerap tenaga kerja untuk berdaya di desa bersama. (*)